Benturan
Peradaban menurut Huntington
Dalam
artikel yang berjudul “The Clash of Civilizations, Huntington mencoba
menawarkan paradigma baru dalam melihat dunia. Ia melihat ada tujuh peradaban
yang akan mewarnai persaingan global: Western,
Latin American, Confucian, Japanese, Islamic, Hindu dan Slavic-Orthodox. Ia
memprediksikan akan terjadi konflik di level makro antara negara-negara dari
peradaban yang berbeda dalam mengontrol institusi internasional, ekonomi global
dan kekuatan militer.
Kemenangan
ideologi liberalisme demokratik atas sosialisme menimbulkan kepercayaan diri
yang luar biasa di kalangan masyarakat Barat, sehingga mereka menganggap
ideologinya bersifat universal. Barat, khususnya Amerika Serikat, kemudian
menjadi bangsa misionaris yang memaksa bangsa-bangsa non-Barat mau menerapkan
nilai-nilai demokrasi Barat, pasar bebas, pemerintahan yang terbatas,
menjunjung tinggi HAM, individualisme, aturan hukum, serta pemisahan agama dan Negara.
Kondisi ini jelas berbeda dengan nilai-nilai dalam budaya Islam, Konghucu,
Jepang, Hindu, Budha, ataupun Ortodoks. Jika, Barat terus memaksakan
“perasaannya” sebagai Negara dengan peradaban yang terbaik dan benar, maka bisa
menimbulkan konflik antarperadaban. Atau jika,
setiap peradaban yang diklasifikasikan oleh Huntington merasa paling
benar, maka konflik antar peradaban bisa saja terjadi.
Selanjutnya
Huntington mengatakan bahwa peradaban dapat berbenturan dalam dua level. Dalam
level mikro, peradaban berbenturan di garis-garis persinggungan (fault lines). Dalam level makro, negara
dengan peradaban yang berbeda saling bertarung kekuasaan, kekuatan, kapabilitas
militer dan ekonomi, bertarung pengaruh dan kontrol dalam organisasi
internasional dan pihak tiga, maupun secara komptitif mempromosikan nilai
maupun agenda politik dan agama masing-masing.
Fault
lines menggantikan perang pengaruh dan lokasi sumber konflik pada era Perang
Dingin. Konflik di daerah fault lines, misalnya antara peradaban Barat dan
peradaban Islam telah berlangsung lebih dari 1300 tahun. Konflik antarperadaban
menjadi semakin intensif sehingga selalu
identik dengan kekerasan.
Solusi terhadap benturan peradaban
antara lain: untuk menciptakan solidaritas global harus dimulai dari upaya
saling mengenal. Hal lain yang sangat penting adalah mengenali “musuh bersama”
dan problem-problem bersama. Demo anti Perang AS atas Irak menjadi sinyal
positif bagi peluang kerjasama antar orang-orang yang punya semangat
menciptakan kerukunan dari berbagai belahan dunia.
Pandangan terhadap Hubungan antara Barat dan Islam dewasa ini
Interaksi
dunia Islam dengan Barat seringkali dikemukakan dalam pengertian yang kontras,
bahkan tidak jarang diikuti munculnya stereotip negatif dari kedua belah pihak
dan menganggapnya sebagai musuh. Ungkapan-ungkapan seperti: “orang Kristen
melawan orang Islam, salib melawan bulan sabit, agama Kristen melawan agama
Islam, dunia Islam adalah ancaman bagi Barat, Barat adalah musuh Islam”, adalah
cerminan dari interkasi yang beraroma kontras tersebut. Kesan interaksi yang
kontras tersebut sebagian diperkuat dan didukung oleh pernyataan sejumlah
pemimpin agama maupun politik. Media massa, disadari atau tidak, ikut pula
terjerumus ke dalam propaganda ini, sehingga muncul sikap saling tidak percaya
dan saling curiga. Bahkan, buku Huntington tentang benturan peradaban ikut
menyumbang besar dalam hubungan Islam dan Barat yang kontras tersebut. Mengapa
Huntington tidak berani menegaskan sekalian bahwa benturan peradaban akan
terjadi hanya antara Barat dan Islam. Hal ini hanya untuk memberikan kesan
artikelnya sebagai makalah ilmiah yang obyektif.
Hubungan Islam dan Barat semakin kontras
ketika Uni Soviet dengan Sosialis-Komunis yang saat itu dianggap musuh dalam
Perang Dingin, mengalami keruntuhannya. Maka semakin kuatlah legitimasi Barat
bahwa peradaban merekalah yang paling benar. Kemudian, Barat kembali fokus
kepada “Musuh Lama” nya, yaitu Islam dengan mengambil jargon Terorisme yang
diperkuat oleh momentum 11 September (WTC). Lihatlah bagaimana Barat (Amerika dan
sekutunya) dengan legitimasi demokrasi, HAM, Memberantas Terorisme menyerang
Negara-negara Arab (Muslim) hanya untuk alasan yang kadang tidak jelas. Mereka
menyerang Irak, Afganistan, Libya, dan Negara-negara (Muslim) lainnya.
Sementara, di Israel-Palestina, Barat diam saja dan terkesan tidak menyetujui.
Bahkan, mereka menolak Palestina untuk bergabung menjadi anggota PBB. Sungguh
sangat jelas bahwa orang-orang kafir, nasrani, yahudi akan berpadu sampai Islam
itu hancur.
Sumber
Bacaan
Misbahul
Hasan. 2006. Membincang Benturan Antarperadaban. http://
antinekolib.blogspot.com.
Muhammad
Lazuardi al-Jawi. 2007. Benturan Peradaban Islam VS Barat. http://khilafahislam.multiply.com.
Sholihan.
Islam dan Barat di Era Pasca Perang
Dingin dan Globalisasi: Konflik atau Damai?. http://www.wmc-iainws.com.
Zainal Abidin Bagir.
2011. Menguji the Clash of Civilizations
Samuel P. Huntington. http://crcs.ugm.ac.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar