Kebenaran
Ilmiah (Akal) dan Kebenaran Agama (Wahyu)
Sebelum menjawab apa itu kebenaran
ilmiah dan kebenaran agama, akan dikupas dulu apa itu kebenaran. Kebenaran
kerap diartikan sebagai kesesuaian antara apa yang sering diklaim sebagai
diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Pengertian ini sesuai dengan pendapat
dari Aristoteles. Sementara itu, Bradley seperti yang dikutip oleh Imam Mawardi
dalam artikelnya, “Kebenaran dalam Perspektif Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa
kebenaran itu adalah kenyataan. Kenyataan yang dimaksud tidak selalu sesuatu
yang harusnya terjadi, tetapi tetapi segala sesuatu yang terjadi termasuk
ketidakbenaran (keburukan) itu sendiri. Jadi, masih dari sumber yang sama, ada
dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang dalam arti sesuatu yang nyata-nyata
terjadi dan kebenaran dalam arti lawan dari ketidakbenaran (keburukan).
Lalu, apa maksud dari
kebenaran ilmiah (akal)? Kebenaran
ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu
yang disusun secara sistematis sehingga kebenaran ilmiah ini memiliki
karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik ilmiah meliputi sesuatu
yang sesuai fakta, logis, terukur, dan bersifat universal. Selanjutnya, kebenaran
ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan
melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu.
Oleh karena itu
kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif. Hal ini
senada dengan pendapat Wilardo bahwa kebenaran ilmiah ini tidak mutlak, tidak
sama, atau tidak langgeng, tetapi kebenaran ini bersifat relatif (nisbi),
tentatif (sementara), dan hanya merupakan pendekatan. Sifat kebenaran ini
sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan
perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi
merupakan kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan
besar.
Bagaimana dengan
kebenaran agama (wahyu)? Kebenaran agama adalah kebenaran yang
bersumber dari wahyu. Wahyu adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah (Tuhan)
kepada manusia untuk membimbingnya menuju kepada kebenaran. Kebenaran agama
yang diyakini berdasarkan pada wahyu. Manusia akan terus mencari kebenaran yang
merujuk pada wahyu-wahyu yang tertulis dalam kitab sucinya. Melalui agama,
manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan jalan mempertanyakan dan mecari
jawaban tentang pelbagai permasalahan asasi yang merujuk pada kitab sucinya.
Jika kebenaran ilmiah
dan kebenaran wahyu seolah-olah terjadi pertentangan, sikap saya tentu akan
“mempertanyakan kembali”. Dalam arti perlu mengkaji lagi di mana letak
pertentangan tersebut. Hal ini karena suatu kebenaran tidak mungkin
bertentangan dengan kebenaran lainnya. Artinya, jika ada suatu kebenaran yang
saling bertentangan berarti ada salah satu yang salah.
Sebuah kebenaran kerap
bergantung pada pandangan hidup (worldview) atau dalam istilah lainnya falsafah
atau ideologi orang perorang. Pandangan hidup ini dapat bersumber dari
pemahamannya terhadap konsep Tuhan. Jika konsep tentang Tuhan saja sudah
berbeda kemungkinan pandangan hidupnya berbeda. Inilah yang akan dapat
membedakan atau menghasilkan pertentangan suatu kebenaran, yakni antara
kebenaran ilmiah dan kebenaran agama. Hal ini senada dengan apa yang
diungkapkan oleh Thomas F. Wall yakni percaya terhadap Tuhan berimplikasi pada
kepercayaan bahwa sumber pengetahun dan moralitas adalah Tuhan. Sebaliknya,
tidak percaya terhadap Tuhan akan menghasilkan kepercayaan kepercayaan bahwa
sumber pengetahuan dan moralitas adalah subyektivitas manusia.
Sebagai Muslim, jika ada
pertentangan antara kebenaran ilmiah dengan kebenaran agama (Islam), maka saya
akan meyakini bahwa kebenaran ilmiahlah yang harus diteliti lagi. Hal ini
sesuai dengan ciri atau karakter ilmu itu sendiri yang terus selalu
dikembangkan melalui suatu metode penelitian yang tentunya mempunyai kadar
penyimpangan sekecil apapun. Oleh karena itu, sebenarnya kebenaran bersumber
dari satu sumber, yaitu dari sumber kebenaran yang pertama dan merupakan
penyebab dari semua kebenaran atau dengan bahasa lain kerap disebut sebagai cuasa prima, yakni Allah SWT.
Sumber
Bacaan
Alim
Sumarno. 2011. Kebenaran Ilmiah dan
Kebenaran Wahyu. http:// elearning.unesa.ac.id.
Dian
Permatasari Pasaribu, dkk. 2011. Kebenaran
dalam Pandangan Ilmu Pengetahuan. http://perpustakaanstainmanado.blogspot.com.
Imam
Mawardi. 2008. Kebenaran dalam Perspektif
Filsafat Ilmu (Pendekatan Teoritik). http://mawardiumm.wordpress.com.
Pujo Sumedi dan Mustakim. 2008. Pengertian
Filsafat. http://akhmadsudrajat.
wordpress.com.
Soerjono
Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Uyoh Sadulloh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar