Beranda

Kamis, 01 September 2016

Belajar dari Pion


Membaca postingan tentang Sambutan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat terkait dengan dimulainya tantangan membaca dalam kemasan West Java Leader Reading Challenge WJLRC) 1 September 2016, penulis selaku perintis/pioneer terinspirasi untuk menulis sedikit dengan judul Belajar dari Pion (baca: Pioneer). Tulisan ini sebagai upaya penulis untuk menjaga semangat dan amanat.
Hal pertama yang bisa dijadikan inspirasi dari Pion (baca pioneer) ialah meski kecil ia tidak pernah mundur. Sebagai salah satu bidak catur dengan ukuran yang paling kecil, pion tidak pernah mundur. Meski resiko yang dihadapi adalah kematian. Pion akan menunggu perintah pemegang permainan demi mulusnya sebuah kerja tim. Hal kedua, Pion kerap dijadikan umpan, demi sebuah strategi. Mengumpan dengan pion demi strategi "besar" tentunya tidak dipandang merugikan tim. Meski peran pion kadang justru strategis saat menjebak lawan yang lebih besar. Namun demikian, yakinlah peran itu sangat penting bagi tim meski mati dalam perjuangan.
Hal penting lainnya terkait dengan pion adalah permainan tidak akan pernah dimulai jika satu pion pun tidak melangkah. Sebuah pergerakan atau sejenisnya tidak akan pernah berjalan jika tidak didahului oleh langkah pionir atau perintis. 
Permainan tidak akan berjalan tanpa didahului langkah pion
Langkah pertama inilah yang sangat dibutuhkan. Tanpa langkah pertama dari para pion maka bidak lainnya tidak akan bisa jalan. Tanpa langkah pertama dari para pionir maka setiap pergerakan atau sejenisnya tidak akan pernah dimulai. Demikian pula gerakan literasi sekolah dan WJLRC tidak akan pernah mulai bergerak tanpa dimulai oleh para perintis atau pioneer. Jadi, tetap semangatlah menjadi perintis demi menjaga amanat karena begitu pion melangkah maka elemen lainnya, penggerak dan para pemimpin lainnya akan mudah melangkah. Belajarlah dari pion meski kecil ia tidak pernah mundur. Salam Literasi!!! (DS-PP)