MENGAPA
MANUSIA HARUS BELAJAR?
Oleh: Daryo Susmanto
Pertanyaan
yang tersebut dalam judul ini sepertinya mudah dijawab. Namun, ternyata
diperlukan sebuah pemahaman luas dan mendalam sebelum menjawabnya. Pun, untuk
menjawab pertanyaan ini diperlukan sebuah proses “belajar” seperti yang
dimaksud dalam pertanyaan tersebut. Lalu, apa itu belajar dan mengapa manusia
harus belajar? Sebagai jawaban awal atas pertanyaan tersebut, saya melihat
sekelompok anak kecil sedang bermain sebagai mikroproyek. Kadang-kadang mereka
rukun kadang mereka berengkar. Mereka rukun manakala aturan-aturan atau ide-ide
bermain mereka pahami bersama dan disepakati bersama. Mereka bertengkar
manakala ada aturan atau ketidaksesuaian ide di antara mereka. Dalam proses
bertengkar disitulah ada proses belajar, baik belajar memahami aturan main,
belajar memahami orang (teman) lain, maupun belajar menyelesaikan permasalahan
tanpa mereka sadari itu sebagai proses belajar. Ketika mereka menemukan
kesamaan ide atau aturan bermain dan kemudian mereka saling memahami satu sama
lain maka akan tercipta kerukunan kembali. Nah keadaan rukun atau akur kembali
itulah sebagai salah satu hasil dari proses belajar tadi.
Hal lain yang berkaitan dengan belajar adalah
saya mengingat-ingat anak sendiri dari waktu lahir sampai sekarang. Bagaimana
ia belajar (diajar) berbicara, belajar mengenal dirinya, saudaranya, keluarganya
sampai lingkungan sekitarnya, belajar cara-cara berpakaian yang baik, cara-cara
makan yang baik, dan bagaimana belajar yang baik. Setelah bermain dengan teman
sepermainannya, ia akan banyak belajar termasuk belajar hal-hal yang dianggap
menyimpang, misalnya kata-kata yang kasar dan sebagainya.
Dari kedua ilustrasi tersebut, lalu mengapa
manusia harus belajar? Namun, sebelum menjawab mengapa manusia belajar, ada
baiknya kita pahami sedikit konsepsi manusia itu sendiri.
Konsepsi Manusia
Mengapa konsep manusia didulukan? Hal ini
karena subyek dari pertanyaan ini adalah manusia, bukan hewan atau lainnya.
Dalam sebuah refenesi (http://id.wikipedia.org), manusia
atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran.
Secara
biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi
di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan
atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras
lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan
bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan
teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok
dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. Menurut pandangan
Islam, manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah Swt, berasal dari saripati
tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi
makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan dan berbeda
dengan makhluk lainnya karena manusia memiliki akal. Mengenai kelebihan manusia
atas makhluk lainnya dijelaskan dalam Al-Quran surah al-Israa’: 70.
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (QS. Al-Israa’
[17]: 70)
Dalam
surah yang lain, Allah juga berfirman mengenai kelebihan manusia dan berkaitan
juga dengan konsep manusia yang berakal.
Artinya:
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa
sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi
sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. (QS. Az-Zumar [39]: 21).
Apa Itu Belajar
Dalam
pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang
yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru, baik guru secara
formal maupun dalam pengertian informal.
Menurut
Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba– coba (trial and error).
Mencoba – coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus
memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba – coba ini seseorang mungkin akan
menemukan respons yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.
Adapun menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk mengerti
tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan
secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari
pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan,
mempraktekkan, mengabaikan dan respon – respon lainnya guna mencapai tujuan.
Belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia
dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap
berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah,
mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan–pengetahuan melalui
pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan
datang. Belajar berlangsung terus–menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi
dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas
keputusan yang diambilnya.
Manusia Harus Belajar
Ya,
mengapa manusia harus belajar. Hal ini karena belajar merupakan salah satu
kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk
belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenarnya di dalam
dirinya terdapat potensi untuk diajar. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi
sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan, belajar
adalah sebuah kewajiban juga.
Di
dalam pandangan Islam, belajar atau secara umumnya pendidikan merupakan
kegiatan yang diwajibkan bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita.
Pendidikan juga berlangsung seumur hidup, tidak mengenal batas usia.
Intinya, dengan
belajar manusia dapat berubah. Perubahan yang dimaksud bergantung terhadap apa
yang dipelajarinya. Jika manusia belajar kebenaran dan kebaikan, maka ia akan
berubah menjadi manusia yang benar dan penuh kebaikan. Jika ia belajar ketidakbenaran
dan kejelekan, maka ia akan berubah menjadi manusia yang penuh dengan
kemaksiatan.