Beranda

Senin, 04 Juni 2012

Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Akal


Kebenaran Ilmiah (Akal) dan Kebenaran Agama (Wahyu)
           Sebelum menjawab apa itu kebenaran ilmiah dan kebenaran agama, akan dikupas dulu apa itu kebenaran. Kebenaran kerap diartikan sebagai kesesuaian antara apa yang sering diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Pengertian ini sesuai dengan pendapat dari Aristoteles. Sementara itu, Bradley seperti yang dikutip oleh Imam Mawardi dalam artikelnya, “Kebenaran dalam Perspektif Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Kenyataan yang dimaksud tidak selalu sesuatu yang harusnya terjadi, tetapi tetapi segala sesuatu yang terjadi termasuk ketidakbenaran (keburukan) itu sendiri. Jadi, masih dari sumber yang sama, ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang dalam arti sesuatu yang nyata-nyata terjadi dan kebenaran dalam arti lawan dari ketidakbenaran (keburukan).
                        Lalu, apa maksud dari kebenaran ilmiah (akal)? Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu yang disusun secara sistematis sehingga kebenaran ilmiah ini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik ilmiah meliputi sesuatu yang sesuai fakta, logis, terukur, dan bersifat universal. Selanjutnya, kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu.
                        Oleh karena itu kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif. Hal ini senada dengan pendapat Wilardo bahwa kebenaran ilmiah ini tidak mutlak, tidak sama, atau tidak langgeng, tetapi kebenaran ini bersifat relatif (nisbi), tentatif (sementara), dan hanya merupakan pendekatan. Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar.
                        Bagaimana dengan kebenaran agama (wahyu)?  Kebenaran agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu. Wahyu adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah (Tuhan) kepada manusia untuk membimbingnya menuju kepada kebenaran. Kebenaran agama yang diyakini berdasarkan pada wahyu. Manusia akan terus mencari kebenaran yang merujuk pada wahyu-wahyu yang tertulis dalam kitab sucinya. Melalui agama, manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan jalan mempertanyakan dan mecari jawaban tentang pelbagai permasalahan asasi yang merujuk pada kitab sucinya.
                        Jika kebenaran ilmiah dan kebenaran wahyu seolah-olah terjadi pertentangan, sikap saya tentu akan “mempertanyakan kembali”. Dalam arti perlu mengkaji lagi di mana letak pertentangan tersebut. Hal ini karena suatu kebenaran tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran lainnya. Artinya, jika ada suatu kebenaran yang saling bertentangan berarti ada salah satu yang salah.
                        Sebuah kebenaran kerap bergantung pada pandangan hidup (worldview) atau dalam istilah lainnya falsafah atau ideologi orang perorang. Pandangan hidup ini dapat bersumber dari pemahamannya terhadap konsep Tuhan. Jika konsep tentang Tuhan saja sudah berbeda kemungkinan pandangan hidupnya berbeda. Inilah yang akan dapat membedakan atau menghasilkan pertentangan suatu kebenaran, yakni antara kebenaran ilmiah dan kebenaran agama. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Thomas F. Wall yakni percaya terhadap Tuhan berimplikasi pada kepercayaan bahwa sumber pengetahun dan moralitas adalah Tuhan. Sebaliknya, tidak percaya terhadap Tuhan akan menghasilkan kepercayaan kepercayaan bahwa sumber pengetahuan dan moralitas adalah subyektivitas manusia.
                        Sebagai Muslim, jika ada pertentangan antara kebenaran ilmiah dengan kebenaran agama (Islam), maka saya akan meyakini bahwa kebenaran ilmiahlah yang harus diteliti lagi. Hal ini sesuai dengan ciri atau karakter ilmu itu sendiri yang terus selalu dikembangkan melalui suatu metode penelitian yang tentunya mempunyai kadar penyimpangan sekecil apapun. Oleh karena itu, sebenarnya kebenaran bersumber dari satu sumber, yaitu dari sumber kebenaran yang pertama dan merupakan penyebab dari semua kebenaran atau dengan bahasa lain kerap disebut sebagai cuasa prima, yakni Allah SWT.
     
Sumber Bacaan
Alim Sumarno. 2011. Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Wahyu. http:// elearning.unesa.ac.id.
Anonim. 2010. Perbedaan Filsafat dan ilmu Pengetahuan. http://kajad-alhikmahkajen. blogspot.com.
Anonim. 2011. Kebenaran Ilmiah. http://sururudin.wordpress.com.
Dian Permatasari Pasaribu, dkk. 2011. Kebenaran dalam Pandangan Ilmu Pengetahuan. http://perpustakaanstainmanado.blogspot.com.
Imam Mawardi. 2008. Kebenaran dalam Perspektif Filsafat Ilmu (Pendekatan Teoritik). http://mawardiumm.wordpress.com.
Lucisno. Pengantar Filsafat Ilmu. http://ush.sunan-ampel.ac.id.
Pujo Sumedi dan Mustakim. 2008. Pengertian Filsafat. http://akhmadsudrajat. wordpress.com.
Riwayati. 2010. Kebenaran Ilmiah. http://www.sodiycxacun.web.id.
Slamet Ibrahim. Pengertian Filsafat Ilmu. http://id.shvoong.com/humanities.
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 
Uyoh Sadulloh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar