Menulis bagi sebagian
orang itu mengasyikkan sehingga mereka mampu menghasilkan berbagai karya tulis
yang inspiratif dan menggugah bagi siapapun yang membacanya. Lalu menulis bagi
sebagian orang lain itu sesuatu yang menyulitkan dan melelahkan sehingga tak
mampu satu pun menghasilkan tulisan, “boro-boro” menginspirasi orang lain.
Bisa menulis, sepertinya merupakan keinginan sebagian besar guru atau kerap
disebut tenaga pendidik. Apalagi jika guru dihadapkan pada kewajiban untuk
membuat suatu karya ilmiah tertentu demi menunjang kenaikan pangkat. Namun,
dalam kenyataannya tidak semua guru mau atau mampu menulis. Sebagian kewalahan
saat diminta untuk melengkapi karya ilmiah yang menjadi syarat untuk kenaikan
pangkat tersebut.
Ada ungkapan bahwa menulis itu seperti naik sepeda. Kalau tidak pernah
berlatih naik sepeda, seseorang tidak serta merta mampu naik sepeda, perlu ada
latihan-latihan hingga ia mampu naik sepeda. Menulispun demikian, perlu ada
latihan secara terus-menerus sampai akhirnya mampu menulis secara lancar. Untuk
terus meningkatkan kemampuan bersepeda seseorang yang sudah mampu naik sepeda
pun terus berlatih dengan berbagai trik maupun keahlian lainnya, demikian pula
dengan menulis. Seseorang yang sudah mampu menghasilkan tulisan juga harus
terus diasah agar tulisannya semakin menarik dengan berbagai teknik tulisannya.
Alasan -alasan itulah yang menjadi latar diadakannya kegiatan Teacher
Writting Camp ke-4 (TWC-4) yang dilaksanakan di Universitas Negeri Jakarta dari
26-28 Desember 2014. Dan alasan itu pula yang membuat penulis tertarik untuk
mengikuti kegiatan ini, tentunya dengan mengorbankan beberapa kepentingan
pribadi bahkan kepentingan keluarga. Agar semua pengorbanan tidak sia-sia, maka
hal yang harus penulis lakukan mengikuti kegiatan ini secara total, meski
energi yang dimiliki penulis untuk kegiatan ini tak lebih dari 20%.
Berbagai tantangan dalam kegiatan ini benar-benar memompa motivasi karena
peserta diwajibkan menulis di berbagai media, meski itu tulisan sederhana, dari
bagaimana membuat citizen jurnalism, nulis di media sosial, di blogspot, di kompasiana.com, dan di guraru.org. Lebih
jauh lagi kita ditantang untuk mampu menerbitkan buku baik secara bersama
maupun perorangan.
Sungguh sangat inspiratif kegiatan ini dikolaborasi
dengan pengalaman diri penulis bebearapa waktu lalu yang pernah menjadi editor,
penulis buku, penulis artikel, bahkan sebagai “ghost writer”. Semoga ini bisa
merecharge motivasi untuk terus menulis sesederhana apapun. Teruslah menulis,
biarkan pembaca yang menentukannya. (DS-PP)